Berita

Cerita Dai Filipina tentang Banyaknya Ulama dan Ustadz tak Digaji Sepeser pun

Published

on

Abdel Jabbar Malado Macarimbor (Foto : @mui.or.id)

Jakarta, goindonesia.co – Filipina, dengan lebih dari 7.100 pulau dan populasi sekitar 108 juta yang terdiri dari berbagai kelompok etnolinguistik, menghadapi tantangan unik dalam menyebarkan dakwah Islam.

“Filipina memiliki lebih dari 170 bahasa dan penduduknya menganut banyak agama, termasuk Kristen, Muslim, dan kepercayaan pribumi,” ujar ulama Filipina, Abdel Jabbar Malado Macarimbor, saat ditemui awak media di sela-sela Konferensi Internasional Dai Asia Tenggara di Jakarta, Kamis, (25/7/2024) yang digelar Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam rangka Milad ke-49 MUI beberapa waktu lalu.

Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang inklusif dan kontekstual dalam strategi dakwah. Abdel Jabbar menekankan pentingnya kolaborasi antara organisasi-organisasi dakwah untuk menciptakan perdamaian dan berbagi pengetahuan serta sumber daya.

“Melalui kolaborasi, komunikasi, koordinasi, dan percakapan, kita dapat meningkatkan efektivitas upaya dakwah kita, memastikan bahwa pesan kohesi dan perdamaian tersebar di seluruh kawasan,” tambahnya.

Salah satu solusi yang diusulkan Abdel Jabbar adalah pengintegrasian program pendidikan bahasa Arab dan Islam ke dalam sistem pendidikan umum Filipina.

“Program arus utama instruksi pendidikan umum dari Departemen Pendidikan melalui program Madrasah adalah bagian dari solusi untuk memberantas ekstremisme,” tegasnya.

Langkah ini diharapkan dapat mempersiapkan anak-anak Muslim ASEAN dengan pendidikan berkualitas.

Selain itu, Abdel Jabbar juga menyoroti pentingnya pemberdayaan ekonomi ulama dan organisasi dakwah.

“Di negara kita, banyak ulama, imam, dan asatidz (tenaga pendidik) yang bekerja secara sukarela tanpa tunjangan. Oleh karena itu, kami berupaya menciptakan lingkungan yang mapan,” jelasnya.

Upaya ini diharapkan dapat mendukung kesejahteraan para pemimpin agama dan memperkuat dakwah di Filipina.

Menutup pemaparannya, Abdel Jabbar menyampaikan harapan untuk terus bekerja sama dengan negara-negara Muslim di Asia Tenggara, termasuk Indonesia dan Malaysia, dalam mempromosikan dakwah Islam wasathiyah.

“Alhamdulillah, kita telah memulai langkah-langkah untuk membantu ulama di Filipina, dan kami berharap dapat terus berkolaborasi dengan negara-negara tetangga dalam mengembangkan dakwah yang efektif dan inklusif,” kata dia.

Lebih lanjut, dia menggarisbawahi pentingnya penerjemahan gerakan dakwah agar nilai-nilai Islam dapat dikomunikasikan dan diterima secara efektif, tanpa mengabaikan tatanan moral dan sosial masyarakat setempat.

“Di Asia, dakwah unik dan menantang karena keragaman budaya, bahasa, dan tradisi di kawasan ini. Oleh karena itu, sangat penting untuk mengharmonisasikan upaya kita dalam mengembangkan strategi yang dapat disesuaikan dengan konteks sosial-budaya masing-masing negara,” tutur dia. (***)

*MUI – Majelis Ulama Indonesia

Trending

Exit mobile version