Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal yang juga Anggota Parlemen Jepang, Motegi Toshimitsu dan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko (Foto : @brin.go.id)
Jakarta – goindonesia.co Indonesia melalui Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menerima kedatangan Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal yang juga Anggota Parlemen Jepang, Motegi Toshimitsu, beserta jajaran.
Kepala BRIN Laksana Tri Handoko mengatakan, BRIN telah memiliki kerja sama yang sangat erat dengan berbagai pihak di Jepang.
Dalam pertemuan tersebut, Handoko menekankan bahwa netralitas karbon menjadi fokus Indonesia saat ini.
“Melalui pertemuan ini, kami ingin memperkuat kerja sama dengan Jepang, khususnya akademisi di Jepang dalam bidang iptek, riset, dan inovasi. Di mana, kami berfokus pada netralitas karbon, karena ini merupakan pekerjaan besar bagi Indonesia saat ini ,” kata Handoko, dalam pertemuan yang berlangsung di Gedung B.J. Habibie, Jakarta, Senin (29/7).
“Kami tahu, Jepang memiliki banyak teknologi terkait dengan netralitas karbon. Jadi kami berharap bisa melakukan kerja sama lebih jauh, khususnya untuk penghapusan pembangkit listrik tenaga uap (PLTU),” tambah dia.
Handoko mengungkapkan, BRIN baru memulai kerja sama dengan Sumitomo Heavy Industries untuk transisi mesin PLTU di Indonesia. “Kita akan mengganti bahan bakar dari batubara ke biomassa lokal dari Indonesia,” ungkap Handoko.
Pemanfaatan biomassa lokal sebagai sumber energi baru terbarukan ini, jelas dia, menjadi strategi dalam mencapai netralitas karbon. Meskipun, untuk sumber energi skala besar di masa depan, Indonesia mempertimbangkan pembangkit listrik tenaga nuklir.
“Khusus untuk nuklir, itu sepenuhnya menjadi tanggung jawab kami di BRIN,” tegasnya.
Dirinya juga menerangkan, saat ini BRIN sudah memulai kerja sama dengan mitra industri di Jepang dalam mengembangkan bioavtur untuk bahan bakar pesawat berbasis biomassa lokal Indonesia, seperti kelapa dan tumbuhan lainnya.
“Kami berharap, tahun depan sudah mulai terproduksi dan mulai dimanfaatkan,” terangnya.
Dalam pertemuan ini, Handoko menyampaikan keinginan memperkuat kerja sama dengan Jepang untuk pengembangan sumber daya manusia (SDM) unggul melalui aktivitas riset.
BRIN memiliki banyak skema dan program untuk mengembangkan SDM, khususnya program master dan Phd yang dikerjasamakan dengan partner dari global, termasuk Jepang.
Namun kata dia, kerja sama ini berbeda dengan sebelumnya, di mana, Indonesia bergantung kepada pembiayaan dari mitra.
Saat ini, kerja sama difokuskan melalui pembiayaan dari pemerintah Indonesia melalui program Lembaga Pengelola Dana Pendidikan. Dengan cara, pengembangan SDM unggul diintegrasikan dengan kolaborasi riset bersama mitra luar negeri.
“Dulu, kerja sama antara Jepang dan Indonesia dilakukan melalui alumni Indonesia yang pernah bersekolah di Jepang. Namun saat ini, jumlah orang Indonesia yang bersekolah di Jepang dan tetap bekerja sebagai akademisi semakin menurun,” ungkap Handoko.
Sehingga, pihaknya mendorong agar mitra di Jepang bisa memperkuat kolaborasi riset.
“Itu sebabnya, kami dengan mitra Jepang seperti Japan Science and Technology Agency (JST), Japan Society for The Promotion of Science (JSPS), Ministry of Education, Culture, Sports, Science and Technology (MEXT), dsb, menawarkan co-funding dan joint call for proposal,” jelas Handoko.
Terkait hubungan kerja sama antara Jepang dan ASEAN, Handoko mengatakan, selama ini BRIN menawarkan agar Indonesia menjadi hub aktivitas kolaborasi.
BRIN sudah menyiapkan infrastruktur dan mendukung supaya aktivitas riset bisa dilakukan di Indonesia, tetapi melibatkan negara-negara di ASEAN.
“Dan kami sudah memulai beberapa aktivitas, di mana, Indonesia menjadi hub melalui fasilitas yang disediakan oleh kami di BRIN, untuk dikolaborasikan dengan negara-negara ASEAN bersama dengan Jepang, termasuk untuk AI, digital teknologi, dan sebagainya,” urai Handoko.
Science Diplomacy
Pertemuan ini juga membahas situasi global dalam menjaga perdamaian dan stabilitas antara Jepang dan negara-negara ASEAN. Dalam hal ini, Handoko menegaskan, Indonesia memanfaatkan soft diplomacy, salah satunya melalui science diplomacy.
Di dalam science diplomacy, BRIN berperan penting dalam mendorong kerja sama yang saling menguntungkan dengan banyak negara. Untuk itu, BRIN saat ini diberi tanggung jawab, antara lain dalam melakukan ekspedisi laut bersama dengan banyak negara, dengan memanfaatkan armada kapal riset BRIN.
“Itu menjadi bagian dari science diplomacy kami, di mana, kami bisa bekerja sama dengan berbagai pihak, termasuk Tiongkok, dan pada saat yang sama juga dengan Jepang serta berbagai negara lainnya,” katanya.
Handoko mengundang pihak Jepang untuk bersama dalam melakukan riset kelautan melalui ekspedisi laut Indonesia dan sekitarnya.
Menanggapi hal tersebut, Sekretaris Jenderal Partai Demokrat Liberal Jepang Motegi Toshimitsu mengatakan, pada tahun lalu, Jepang dan Indonesia memperingati 65 tahun hubungan diplomatik, dan juga memperingati 50 tahun persahabatan dan kerja sama Jepang dan ASEAN.
“Netralitas karbon yang ditargetkan oleh Indonesia menuju tahun 2060 melalui dekarbonisasi, dapat kita lakukan melalui kerja sama antara kedua negara,” kata Motegi.
Untuk memperkuat struktur industri di Indonesia, ungkap dia, Jepang memiliki banyak hal yang bisa disiapkan di Indonesia, termasuk teknologi netralisasi karbon, dan juga teknologi panas bumi.
Dirinya juga menekankan pentingnya memperkuat pertukaran SDM yang akan menjadi pemimpin generasi berikutnya, demi penguatan lebih lanjut hubungan bilateral antara kedua negara.
Motegi membeberkan, jumlah warga negara Indonesia yang belajar di Jepang saat ini mencapai 4.700 orang, menempati urutan terbanyak ke lima di dunia.
“Saya ingin menyampaikan bahwa untuk meningkatkan jumlah SDM yang belajar di Jepang dari Indonesia, bisa memanfaatkan beasiswa pemerintah Jepang. Dan pertemuan ini juga menjadi masukan untuk bagaimana agar masyarakat Indonesia bisa belajar di Jepang,” tuturnya.
Menurut Mantan Menteri Luar Negeri Jepang ini, penting untuk mewujudkan kerja sama yang menciptakan masa depan bersama, di mana negara-negara ASEAN jauh berkembang pesat.
“Jepang dengan teknologi tingginya dapat saling memanfaatkan kekuatan, agar Jepang dan Asia dapat tumbuh bersama, membangun persahabatan yang lebih kuat daripada sebelumnya,” tambahnya.
Untuk mendorong upaya tersebut, tegas Motegi, Jepang menyiapkan anggaran sebesar 1 miliar dolar dan menyusun proyek flagship dalam kerangka kemitraan pemerintah-swasta. (***)
*BRIN, Badan Riset dan Inovasi Nasional