Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko (Foto : @www.brin.go.id)
Jakarta, goindonesia.co – Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Laksana Tri Handoko mengatakan sebagai negara anggota PBB, Indonesia terus menunjukkan komitmennya dan berperan aktif terhadap lembaga-lembaga di bawah payung PBB, termasuk Organisasi Pendidikan, Ilmu Pengetahuan, dan Kebudayaan (UNESCO). BRIN mendukung sepenuhnya tugas Komisi Nasional Indonesia untuk UNESCO (KNIU), dalam hal ini BRIN diberi tanggung jawab sebagai focal point UNESCO di Indonesia.
“Man and Biosphere (MAB), Intergovernmental Oceanographic Commission (IOC), Management of Social Transformations Programme (MOST), dan Intergovernmental Hydrological Programme (IHP) adalah beberapa fokus utama yang dikoordinasikan oleh KNIU dengan dukungan penuh dari BRIN,” kata Handoko pada pembukaan kegiatan Kick Off Meeting Nasional Indonesia untuk Program MOST – UNESCO di Gedung B. J. Habibie, Jakarta, Selasa (27/2).
Menurutnya program Management of Social Transformation (MOST) yang menjadi bagian integral dari UNESCO sejak 1994, di Indonesia difokuskan untuk mendorong dan mempromosikan ilmu sosial. Program ini berusaha mencari alternatif terobosan baru dalam penyelesaian berbagai masalah sosial yang dihadapi oleh Indonesia.
Pada sambutannya, ia menegaskan semangat positif yang diharapkan dari program MOST UNESCO, yaitu memberikan percepatan perbaikan praktek-praktek kehidupan sosial di berbagai belahan dunia, khususnya yang telah menjadi best practices di Indonesia sejak keanggotaannya pada tahun 2001.
“Selama periode 2013-2019, Indonesia telah menjadi anggota MOST Intergovernmental Council (IGC) dan memiliki Komite Nasional MOST UNESCO. Perwakilan dari Komite Nasional ini secara aktif menghadiri sidang-sidang IGC MOST dan Sidang Umum UNESCO, berkontribusi pada pembahasan ilmu sosial dan humaniora yang berkembang di Indonesia,” tambahnya.
Program MOST UNESCO Indonesia, selama beberapa tahun terakhir, telah menghasilkan masukan yang signifikan, menciptakan paradigma inklusif, berkelanjutan, research-based policy, dan solutif implementatif. BRIN berharap agar Komite Nasional MOST UNESCO dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi, koordinasi, dan kolaborasi dalam manajemen ilmu sosial di Indonesia.
“Dengan semangat saling mendukung dan saling melengkapi, BRIN berharap Komite Nasional MOST UNESCO dapat aktif berperan dalam menjembatani kepentingan nasional Indonesia di tingkat regional dan global. Ini juga membuka peluang bagi negara-negara lain untuk bermitra secara kolaboratif melalui kegiatan riset bersama, workshop, seminar, diskusi pakar, pengembangan kapasitas, dan program-program teknis,” jelasnya.
Karena itu, Handoko berharap Kick Off Meeting Kegiatan MOST UNESCO hari ini menjadi sarana efektif untuk mempromosikan program Indonesia dalam manajemen ilmu sosial, mencapai Sustainable Development Goals (SDGs) ketiga, keempat, kelima, dan ketigabelas. Semua pihak diundang untuk aktif berpartisipasi dalam diskusi dan pertukaran pikiran untuk mencapai kontribusi positif dalam pengetahuan dan pengelolaan sumber daya air yang lebih baik di tingkat nasional dan global. (***)
*BRIN, Humas BRIN