Berita

BKKBN Aceh Kejar Target Jaring Akseptor KB Metode Kontrasepsi Jangka Panjang

Published

on

Kepala Perwakilan BKKBN Aceh, Sahidal Kastri (berbaju warna hitam) (Dokumentasi : Media Center BKKBN, @www.bkkbn.go.id)

Banda Aceh, goindonesia.co – Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Perwakilan Aceh terus memperluas akses dan meningkatkan kualitas pelayanan KB di fasilitas-fasilitas kesehatan. Hal itu dilakukan untuk mengejar target menjaring akspetor KB yang menggunakan metode kontrasepsi jangka Panjang (MKJP).

“Dua tahun terakhir ini kita belum mencapai target. Hampir semua kabupaten dan kota merah.  Capaian Metode Kontrasepsi Jangka Panjang  kita sangat rendah. Untuk itu saya berharap Kepala OPD KB di 23 kabupaten dan kota di Aceh supaya serius untuk mencapai capaian target MKJP  pada 2023 ini,” kata Kepala Perwakilan BKKBN Aceh Sahidal Kastri, Senin (27/02/2023).

Sahidal menyebutkan, pada 2022 lalu capaian MKJP Aceh sebesar 7.589 akseptor dari 24.460 yang ditargetkan. Ia menyebutkan, pada 2023, BKKBN Aceh menetapkan target  MKJP sebesar 12.435. Dengan rincian IUD sebanyak 4.700 akseptor, Implant 5.750 akseptor, MOW sejumlah 1.980 akseptor, dan  MOP sebanyak  lima akseptor.

Menurut Sahidal, guna meningkatkan capaian target MKJP pada 2023, berbagai langkah dan upaya pun dilakukan. Seperti pada 26 hingga 28 Februari 2023, Perwakilan  BKKBN Aceh menggelar Peningkatan Perluasan Akses dan Intensifikasi Pelayanan KB Di Faskes.  Dengan tujuan meningkatkan kualitas pelayanan KB dalam percepatan penurunan stunting guna menurunkan angka kematian Ibu.

Dengan digelarnya kegiatan yang diikuti kepala bidang dan kepala seksi KB di organisasi perangkat daerah (OPD) dari 23 Kabupaten/kota se-Aceh, Sahidal berharap, OPD KB bisa meningkatkan  komitmen dan kerjasama dengan mitra serta Pemerintah Daerah dalam upaya intensifikasi pelayanan KB di Fasilitas Kesehatan (Faskes) serta dapat mengindentifikasi jumlah Faskes dan praktek Mandiri Bidan (PMB) yang mendapat fasilitas intensifikasi pelayanan KB.  

“Nanti setelah target setiap kabupaten/kota ditetapkan, MKJP capaiannya harus bisa mencapai target. Kemudian melakukan komunikasih dengan kepala  daerah dan Sekda, terkait target tersebut. Juga melakukan evaluasi, mengapa capaian rendah, serta mencari langkah-langkah serta strategi yang tepat dan cepat, guna mengenjot target agar tercapai tahun ini,” ujar Sahidal.

Lebih jauh Sahidal mengatakan upaya lainya yang perlu dilakukan adalah penguatan kapasitas Faskes dan jejaring yang melayani KBKR, terutama MKJP dan KB Pascapersalinan (KBPP). Juga, peningkatan kualitas pelayanan KBKR melalui penguatan kemitraan.

Ketika ditanya apa penyebab capaian MKJP rendah di Aceh, Kaper BKKBN Aceh menjawab, selain kualitas pelayanan yang menurutnya masih rendah,  juga kurangnya keseriusan dan komitmen dari  pemeritah daerah dan OPD KB. Serta  lambatnya realisasi anggaran DAK BOKB di daerah.

Pada 2023, total biaya operasional  pelayanan KB melalui DAK BOKB di Aceh, diplotkan sebesar Rp7,1 miliar.  Sedangkan untuk biaya operasional pelayanan KB MKJP sekitar  Rp5,4 miliar. Sahidal berharap anggaran tersebut bisa terealisasi dengan cepat sebelum Desember 2023. (***)

(Sumber : Media Center BKKBN, @www.bkkbn.go.id)

Trending

Exit mobile version