Berita

Bela Rusia, Pemuda Asia Afrika Soroti Pelanggaran HAM Israel dan AS

Published

on

Presiden Asian African Youth Governement (AAYG), Saddam Al-Jihad (Foto : Istimewa)

Jakarta, goindonesia.co – Presiden Pemuda Asia Afrika (Asian African Youth Government-AAYG) Respiratori Saddam Al-Jihad mengajak masyarakat internasional khususnya kepada pemerintahan negara-negara di regional Asia dan Afrika untuk menentang adanya indikasi Amerika Serikat masif mengembangkan potensi militer biologi di berbagai kawasan.

Ia mengungkapkan aktivitas pengembangan senjata biologis dan beracun (pemusnah massal) Amerika di Ukraina bertentangan dengan kewajiban internasionalnya untuk patuh terhadap hasil Biological Weapon Convention (BTWC). Menurutnya, ketika itu dibiarkan, dunia berada diambang kehancuran.

“Sebagai generasi muda, kita mencita-citakan kehidupan yang lebih damai, tentram, aman, dan maju. Namun, impian itu kapan saja direnggut oleh keegoisan sebuah negara yang tidak mematuhi aturan main dunia internasional seperti Amerika yang ditemukan telah mengembangkan senjata biologis dan beracun di Ukraina,” ungkapnya (Jakarta, 19/4/22).

Berdasarkan informasi yang tersebar, Saddam menyebut STCU (Science and Technology Center in Ukraina) yang berpusat di Kyiv dan memiliki cabang di kawasan Baku, Kishenev, Tbilisi, Kharkov dan Lviv tidaklah benar karena berada dibawah kontrol atau kepentingan Washington dengan menjadi pusat distribusi dana hibah dalam melakukan penelitian termasuk pengembangan senjata biologis.

“Tentunya dana hibah yang dikucurkan Amerika untuk mendukung STCU tidaklah kecil. Dalam beberapa tahun belakangan ini, Amerika telah menghabiskan 350 juta dolar AS atau setara dengan 5 triliun rupiah dalam merealisasikan proyek-proyek STCU. AS berlindung dibalik penelitian yang memiliki tujuan ganda,” ungkapnya.

“Hasil penelitian STCU berpotensi menciptakan kondisi biologis yang tidak diharapkan, tidak hanya di wilayah Federasi Rusia, tetapi juga di Laut Hitam, Laut Azov, di negara-negara Eropa Timur lainnya seperti Belarus, Moldova dan Polandia. Tentunya ini juga berpotensi menyebar ke wilayah lain, dan sangat mengerikan ketika itu benar-benar terjadi,” lugasnya.

Masih menurut beberapa Sumber lainnya adanya indikasi keterlibatan para ilmuwan yang berasal dari AS dari Laboratorium di Merefa, Ukraina, menguji obat biologis yang mengancam keamanan pasien rumah sakit jiwa klinis antara 2019 dan 2021.

“Berdasarkan informasi yang berkembang maka dirasa perlu dilakukan pendalaman oleh lembaga internasional bahwa terdapat eksperimen tersebut tidak manusiawi. Pasien rumah sakit jiwa tersebut dipilih untuk uji coba. Hasil dari uji coba tidak dimasukan ke dalam sistem rumah sakit, sedangkan staf rumah sakit dilarang mengungkapkan informasi dari hasil test,” ujarnya.

Sebab itu, Saddam mengharapkan masyarakat internasional tidak menutup mata atas kegiatan-kegiatan Amerika di berbagai kawasan, salah satunya peningkatan senjata biologis di Ukraina. Aktivitas AS di Ukraina, lanjut Saddam, harus disoroti negara-negara lain dan menjadi salah satu konsentrasi utama PBB dalam membuktikan benar atau tidaknya, serta PBB harus mengutamakan prinsip keadilan dan jangan terkungkung kepentingan Amerika. (***)

Trending

Exit mobile version