Berita

BBM Naik, Ongkos Transportasi Sampai Sembako Bakal Melambung

Published

on

Foto: Terminal Bus Pondok Cabe (CNBC Indonesia/ Muhammad Sabki)

Jakarta, goindonesia.co – Presiden Joko Widodo (Jokowi) akhirnya memutuskan menaikkan harga BBM jenis RON 90 atau Pertalite naik dari Rp 7.650/liter menjadi Rp 10.000/liter. Sementara itu, harga minyak diesel atau Solar naik dari Rp 5.150/liter ke Rp 6.800/liter.

Sejalan keputusan ini, harga BBM jenis RON 92 atau Pertamax juga naik dari Rp 12.500/liter menjadi Rp 14.500/liter. Dampak kenaikan dari harga BBM ini tentunya akan mengerek naik harga bahan pokok dan barang penting.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro menilai kenaikan harga barang dan jasa akan terlihat 1-3 bulan ke depan. Menurutnya, saat ini pengusaha sudah melakukan penyesuaian, salah satunya dengan menyesuaikan ukuran dari produknya.

Dia memperkirakan kenaikan akan terasa pada tarif transportasi dan logistik pada putaran pertama dari dampak kenaikan harga BBM. Kemudian, pada putaran kedua, penyesuaian akan terlihat di biaya sewa rumah dan harga perlengkapan rumah tangga dan lain sebagainya.

“First round (putaran pertama) adalah impact langsung kenaikan harga BBM ke inflasi, seperti impact harga BBMnya sendiri, transportasi, logistik dan mamin. Second round (putaran kedua) ke tarif jasa, biaya sewa, harga barang secondary dan tertiary goods,” ungkapnya.

Dia menambahkan Bank Mandiri telah menghitung bahwa kenaikan harga Pertalite sebesar 30,72% dan Pertamax sebesar 16,00% tersebut secara total akan menyumbang inflasi sebesar 1,35 ppt.

Sementara itu, kenaikan harga Solar sebesar 32,04% akan berkontribusi sebesar 0,17 ppt pada tingkat inflasi.

“Hitungan ini sudah memperhitungkan first round impact atau dampak kenaikan harga ketiga jenis BBM tersebut secara langsung, dan second round impact atau dampak lanjutan pada inflasi seperti naiknya harga jasa transportasi, distribusi, hingga kenaikan sebagian harga barang dan jasa lainnya pula,” paparnya.

Dengan demikian, inflasi pada akhir tahun 2022 diproyeksi berada pada kisaran 6,27%, atau lebih tinggi dari angka proyeksi awal kami yang sebesar 4,60%.
Adapun, Inflasi inti kami proyeksi akan berada pada kisaran 4,35% pada akhir tahun 2022. “Sebagai catatan, hanya terdapat empat bulan berjalan di sisa tahun 2022 ini sehingga dampak dari second round impact masih akan berlanjut pada tahun 2023, terutama pada semester pertama,” tambahnya.

Kepala Bidang Logistik dan Rantai Pasok Kadin Indonesia, Akbar Djohan meyakini soal potensi inflasi pemerintah sudah mengukurnya. Namun, pemain jasa dan logistik melihat yang paling penting adalah kepastikan kuota BBM tersebut.

“Harga murah, tetapi antrean truk di beberapa wilayah bisa 2-3 hari tentu ini memberikan uncertainty dari pada proses bisnis itu. Ini inflasinya luar biasa, karena apa? menjadi unexpected cost,” tegasnya.

Jika harga BBM sudah dinaikkan, biayanya sudah tetap. Para pelaku industri sudah bisa menghitung harga pokok produksinya berapa.

Ketua Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), Kurnia Lesani Adnan menilai rencana kenaikan harga BBM kurang tepat jika dilaksanakan saat ekonomi beranjak pulih. Namun, jika hal tersebut sudah menjadi keputusan pemerintah, masyarakat tentunya harus menerima.

Lebih lanjut, jika ada kenaikan harga BBM, pengusaha transportasi sudah pasti akan menaikkan harga. Risikonya, masyarakat pasti akan menilai biaya transportasi mahal.

Oleh karena itu, dia berharap pemerintah tegas kelompak mana saja yang bisa menggunakan BBM subsidi. Misalnya, kelompok yang boleh menggunakan BBM subsidi adalah angkutan umum, pelat kuning.

Di tengah kenaikan harga BBM, harga pangan dunia terpantau turun. Lantas bagaimana dengan di dalam negeri?

Indeks Harga Pangan FAO (FFPI) tercatat sebesar 138,0 poin pada Agustus 2022, turun 2,7 poin atau 1,9 persen. dari Juli.

Ini merupakan penurunan bulanan kelima berturut-turut. Penurunan disumbang oleh sereal dan harga minyak nabati sebesar masing-masing 1,4% dan 3,3%.

Di dalam negeri, dari pantauan CNBC Indonesia, harga beras premium, beras medium, cabai merah, cabai rawit, bawang putih, gula pasir, daging ayam ras dan telur ayam ras masih memerah. Dikutip dari data Badan Pangan Nasional, harga beras premium, sejak 29 Agustus hingga 5 September 2022, meningkat 2,18% menjadi Rp 12.650 per kg.

Dalam periode yang sama, beras premium meningkat 1,11% menjadi Rp 10,950 per kg, cabai merah keriting naik 1,76% menjadi Rp 1.110 per kg, cabai rawit naik 6,88% menjadi Rp 60.130 per kg.

Lalu, daging dan telur ayam ras naik masing-masing 3,76% dan 0,91% menjadi Rp 35.860 dan Rp 30.100 per kg.

Direktur Celios Bhima Yudhistira mengungkapkan lenaikan harga BBM subsidi dilakukan diwaktu yang tidak tepat, terutama jenis Pertalite.

Menurutnya, masyarakat jelas belum siap menghadapi kenaikan harga Pertalite menjadi 10.000 per liter.

“Dampaknya Indonesia bisa terancam stagflasi, yakni naiknya inflasi yang signifikan tidak dibarengi dengan kesempatan kerja,” paparnya.

Dia menambahkan BBM bukan sekedar harga energi dan spesifik biaya transportasi kendaraan pribadi yang naik, tapi juga ke hampir semua sektor terdampak.

Misalnya, lanjut Bhima, harga pengiriman bahan pangan akan naik disaat yang bersamaan pelaku sektor pertanian mengeluh biaya input produksi yang mahal, terutama pupuk.

Selain itu, dia mengingatkan bahwa inflasi bahan makanan masih tercatat tinggi pada bulan Agustus yakni 8,55% year on year, bakal makin tinggi.

“Diperkirakan inflasi pangan kembali menyentuh dobel digit atau diatas 10% per tahun pada September ini,” ujarnya. (***)

Trending

Exit mobile version