Warga kampus Universitas Diponegoro, Semarang, berbondong menuju aula Prof. Sudarto untuk mengaktivasi identitas kependudukan digital di ponsel mereka. (Foto: Dukcapil/Ridwan)
Semarang, goindonesia.co – Luar biasa animo mahasiswa Universitas Diponegoro untuk membuat identitas kependudukan digital (IKD) melalui program Dukcapil Goes to Campus. Sebanyak 100 petugas dari 35 Dinas Dukcapil kabupaten/kota se-Jawa Tengah yang dimotori oleh Ditjen Dukcapil Kemendagri dan Dinas Pemberdayaan Masyarakat, Desa, Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispermadesdukcapil) Provinsi Jawa Tengah diterjunkan untuk melayani sekitar 67 ribu mahasiswa dan 4.000 dosen UNDIP.
Tak kurang sebanyak 80 peralatan dipasang di 4 gedung kampus Universitas Diponegoro (Undip), yakni aula Prof. Sudarto, Fakultas Ekonomika dan Bisnis, Fakultas Hukum, Fakultas Peternakan dan Pertanian pada hari pertama, Selasa (14/2/2023). Karena antusiasme mahasiswa untuk mengaktivasi IKD atau KTP digital makin membludag, maka panitia membuka lagi ruang pelayanan jemput bola yakni di Fakultas Kedokteran dan Fakultas Teknik pada hari kedua, Rabu (15/2/2023).
Bahkan, mulai pukul 12 siang, mobil pelayanan keliling ikut diturunkan menjemput bola mendatangi mahasiswa yang berkerumun saat jam istirahat, seperti dekat kantin dan taman di area kampus Undip. Mobil pelayanan itu pun turut diserbu para mahasiswa yang ingin sekali mengaktivasi KTP digital di handphone-nya.
Pelayanan jemput bola aktivasi KTP digital ini mulai pukul 9 pagi hingga jam 16.00 sore selama tiga hari sejak Selasa (14/2/2023) dan berakhir Kamis (16/2/2023) kemarin. Setiap meja pelayanan yang disediakan panitia banyak diserbu warga kampus yang tercatat sebagai ranking ke-3 terbaik di Indonesia.
Hasilnya pada hari pertama berhasil diaktivasi sebanyak 1.875 pemohon IKD, 2.062 pemohon IKD pada hari kedua. Dan, hari ketiga sebanyak 2.303 pemohon IKD. Sehingga total sebanyak 6.240 IKD telah berhasil diaktivasi.
Direktur Pendaftaran Penduduk David Yama mengatakan kegiatan ini tidak hanya memberikan layanan IKD, namun juga sebagai media untuk menggaet mahasiswa sebagai kader literasi adminduk wabil khusus aplikasi IKD kepada masyarakat.
“Program ini sekaligus sebagai wadah sosialisasi dan memberikan literasi adminduk kepada seluruh civitas akademika terutama kepada mahasiswa terhadap layanan IKD,” jelas Yama.
Lebih lanjut, Yama menyatakan, berkat peran penting dan posisi mahasiswa di masyarakat, akan dapat memberikan peran besar pada suksesnya layanan IKD.
“Dengan kemampuan intelektual dan sebagai salah satu agent of change, mahasiswa tentu dapat memberikan peran luar biasa sebagai kader literasi adminduk ke publik yang lebih luas. Sebagai insan berpendidikan, mereka mampu memberikan kemudahan dan jembatan informasi program Dukcapil di masyarakat,” pungkas Yama.
Dirjen Dukcapil Prof. Zudan Arif Fakrulloh menjelaskan, IKD tidak lain hanya memindahkan dokumen kependudukan (KK, akta lahir, dst) ke dalam gadget. “Sehingga kita tidak perlu lagi membawa KK, KTP-el dan akta-akta lainnya. Semuanya ada di ponsel dalam genggaman tangan kita,” kata Dirjen Zudan.
Dalam bertransformasi menuju pelayanan Adminduk digital, Zudan menerangkan, Dukcapil belajar dari konsep transformasi industri keuangan. Sekarang orang banyak menggunakan m-Banking, dengan PIN di dalamnya. “Begitu juga di IKD, bila hape hilang ganti hape baru nomornya bisa didaftarkan lagi. Yang penting masih ingat nomor PIN, sebagaimana m-Banking kalo PIN-nya lupa maka di-install kembali,” ujar Dirjen Zudan menjelaskan.
Sementara Mendagri Tito Karnavian memberikan arahan agar menggunakan pendekatan asimetris dalam mengatasi beberapa kendala pencetakan KTP-el, antara lain masalah jaringan, ditambah pengadaan peralatan dan blanko itu mahal sekali. Caranya, yaitu dengan digitalisasi dokumen kependudukan termasuk penerapan Identitas Kependudukan Digital. (***)
(Sumber : Dukcapil, @dukcapil.kemendagri.go.id)