Launching dan Sosialisasi IDSD Tahun 2023 melalui online (Foto : @brin.go.id)
Jakarta-goindonesia.co – Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) meluncurkan Buku Indeks Daya Saing Daerah (IDSD) 2023, yang berbeda dengan sebelumnya, IDSD 2023 telah mengalami perbaikan yang sangat signifikan yang memiliki kapabilitas dengan Global Competitiveness Index (GCI). Diharapkan IDSD 2023 dan IDSD tahun-tahun mendatang dapat digunakan sebagai bahan untuk melakukan evaluasi berbagai kebijakan pembangunan, tidak hanya di daerah tetapi juga nasional. Demikian disampaikan Kepala BRIN Laksana Tri Handoko saat membuka acara Launching dan Sosialisasi IDSD Tahun 2023 melalui online, Selasa (27/02).
“Untuk pemda, kami merancang IDSD tidak hanya sebagai indeks untuk mengukur capaian daerah, tetapi kami ingin memanfaatkan IDSD sekaligus sebagai bahan evaluasi. Kemudian untuk mengukur dan melihat kembali kekurangan serta kelebihan dari setiap daerah,” tambahnya.
Menurutnya, hal ini sangat penting khususnya pada tahun ini karena seluruh daerah, dan secara nasional sedang dalam proses untuk merencanakan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) baik nasional maupun yang ada di setiap daerah.
“Kami berharap IDSD 2023 ini bisa menjadi bahan bagi teman-teman di lingkungan Bappeda dengan bantuan Brida maupun Bapperida sebagai mitra utama BRIN di seluruh daerah. Mari kita tingkatkan, kita perbaiki kebijakan pembangunan nasional di berbagai daerah di Indonesia berbasis pada data, dan bukti. Melalui pemanfaatan IDSD sebagai salah satu instrumen utama untuk mengukur diri kita yang berbasis pada bukti dan angka yang jauh lebih obyektif,” bebernya.
Boediastoeti Ontosuwirjo Deputi Kebijakan Riset dan Inovasi (KRI) BRIN dalam laporannya menyampaikan, pada prinsipnya konsep IDSD ini mengadopsi kerangka konseptual GCI yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Dengan demikian IDSD 2023 ini akan menjadi rujukan masyarakat dalam menyusun suatu rencana ke depan, dan melakukan analisis yang diperlukan.
“Beberapa penyempurnaan BRIN lakukan terhadap indikator-indikator utama dan dapat dilakukan penyesuaian metode penghitungan. Diharapkan lebih merepresentasikan kondisi nyata daya saing daerah. Seluruh data pada IDSD 2023 menggunakan data sekunder yang bersumber dari Kementerian/Lembaga (K/L), produsen, dan indikator daya saing,” jelasnya.
Dia menambahkan, berbagai tahapan IDSD 2023, pertama, disusun berdasarkan GCI yaitu 4 komponen dan 12 pilar yang disesuaikan dengan kondisi Indonesia. Kedua, memperoleh data dari K/L terkait permohonan atau dari situs web. Ketiga, perhitungan dengan metode min-max sehingga menjadi skor rentang 0-5, hal ini menunjukkan adanya satu standarisasi data.
“Berikutnya kami melakukan kontrol kualitas, dengan pengecekan data. Terutama data akhir berjenjang untuk memastikan skor sudah sesuai. Kami juga melakukan penajaman indikator melalui penyesuaian konteks daerah, dan mengkaji ulang indikator agar lebih representativ menggambarkan tema pilar,” rincinya.
Pada saat pengolahan data, tambahnya, dilakukan entry dan cleaning data agar tidak ada duplikasi atau kesalahan. Terakhir, ketika melakukan penghitungan IDSD tentunya agregasi data dengan melakukan penghitungan seoptimal mungkin untuk menghasilkan sesuatu yang kredibel.
Khairul Rizal Peneliti dari Direktorat Pengukuran dan Indikator Riset, Teknologi, dan Inovasi BRIN menjelaskan, IDSD merupakan instrument pengukuran daya saing pada tingkat provinsi dan kabupaten/kota untuk dapat merefleksikan tingkat produktivitas daerah.
IDSD 2023 diharapkan menjadi data dasar dalam melakukan riset dan Menyusun kebijakan terkait daya saing daerah di Indonesia. Dalam IDSD ada 4 komponen, 12 pilar, 63 indikator di level provinsi dan 48 indikator di level kabupaten/kota.
“Keempat komponen tersebut yaitu lingkungan pendukung, SDM, pasar, dan ekosistem inovasi yang mengacu kepada GCI. Keempat komponen ini diracik secara konseptual berdasarkan perspektif makro dan mikro,” ujarnya.
Lebih jauh dia merinci 12 Pilar IDSD tersebut yang meliputi
Pilar 1: Institusi
Pilar Institusi mengukur seberapa jauh iklim sosial, politik, hukum dan aspek keamanan memengaruhi secara positif aktivitas perekonomian daerah.
Pilar 2: Infrastruktur
Pilar Infrastruktur mengukur keberadaan dan kualitas infrastruktur di daerah yang dapat mendukung aktivitas perekonomian daerah yang bernilai tambah.
Pilar 3: Adopsi TIK
Pilar adopsi TIK mengukur Tingkat difusi pemanfaatan teknologi informasi dan komuniksi dari suatu daerah yang berpotensi meningkatkan aktivitas ekonomi lebih produktif
Pilar 4: Stabilitas Ekonomi Makro
Pilar Stabilitas Ekonomi Makro memberikan gambaran tentang kemampuan daerah mengelola ekonomi makro dari ancaman guncangan baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri
Pilar 5: Kesehatan
Merefleksikan kualitas SDM bahwa penduduk yang sehat secara fisik akan lebih produktif dan kreatif.
Pilar 6: Keterampilan
Mengukur Tingkat Pendidikan dan keterampilan tenaga kerja di suatu wilayah yang merupakan salah satu keunggulan kompetititf bagi sektor bisnis.
Pilar 7: Pasar Produksi
Menggambarkan keterbukaan pasar produk melalui besarnya kesempatan yang sama bagi para produsen untuk memasarkan produknya secara fair dan kompetitif.
Pilar 8: Pasar Tenaga Kerja
Keberadaan pasar tenaga kerja yang efisien dan kebijakan pasar tenaga kerja yang aktif merupakan kunci untuk menghasilkan tenaga kerja yang produktif.
Pilar 9: Sistem Keuangan
Sistem keuangan yang mampu memediasi sumber daya keuangan secara efisien dan memitigasi risiko krisis keuangan dengan penuh kehati-hatian akan memfasilitasi pelaku usaha untuk lebih produktif dan ekspansif.
Pilar 10: Ukuran Pasar
Memengaruhi produktivitas karena pasar yang besar memungkinkan pelaku bisnis untuk mengekploitasi skala ekonomi.
Pilar 11: Dinamisme Bisnis
Menggambarkan kemudahan untuk memulai dan melakukan bisnis dan kemudahan untuk melakukan divestasi dan keluar dari pasar (market) di suatu wilayah.
Pilar 12: kapabilitas Inovasi
Memberikan gambaran kuantitas dan kualitas riset dan inovasi suatu daerah dan menggambarkan sejauhmana lingkungan suatu daerah mendorong aktivitas tersebut. (***)
*BRIN, Humas BRIN