Foto : YouTube
Jakarta, goindonesia.co : Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan tiga strategi besar bisnis ekonomi nasional. Pertama, hilirisasi industri. Kedua, digitalisasi usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Ketiga, masuk ke ekonomi hijau.
Hal ini disampaikan Presiden di hadapan para ekonom dalam sambutannya pada acara Peresmian Pembukaan Sarasehan 100 Ekonom Indonesia di Istana Negara, Jakarta, Kamis (26/08/2021), yang disiarkan di kanal YouTube Sekretariat Presiden.
Turut hadir secara langsung dalam acara tersebut adalah Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Menteri Investasi/ Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Bahlil Lahadalia, dan Sekretaris Kabinet Pramono Anung.
Hadir pula dalam kesempatan itu, Direktur Eksekutif INDEF (Institute for Development of Economics and Finance) Tauhid Ahmad; para ekonom. Termasuk Komisaris Transmedia, Direktur utama CNBC, Direktur Utama Detik Network, dan para pemimpin redaksi media.
Terkait dengan hilirisasi industri, menurut Presiden, Indonesia sudah mulai hilirisasi dengan menyetop ekspor bahan mentah termasuk nikel. Hasilnya? Ekspor besi-baja Indonesia dalam setengah tahun ini sudah berada di angka sekitar 10,5 miliar dolar AS.
“Oleh sebab itu, ke depan hilirisasi tidak hanya nikel saja, tetapi juga bauksit, emas, tembaga, sawit dan mungkin turunan-turunannya dari bahan-bahan mentah itu agar bisa menjadi barang minimal setengah jadi, syukur-syukur bisa menjadi barang jadi,” ujar Kepala Negara.
Kemudian, berkaitan dengan digitalisasi UMKM, kata Presiden, sampai hari ini, Indonesia telah memasuki era e-commerce, dengan sebanyak15,5 juta UMKM telah memanfaatkan platform-platform digital.
“Inilah saya kira transformasi yang terus akan kita dorong, karena kita platform-platform digital kurang lebih 60-an juta UMKM yang semuanya akan kita dorong agar masuk ke platform-platform digital, baik yang berada di daerah, nasional agar bisa juga ke platform-platform global,” ungkapnya.
Sedangkan yang berkaitan dengan ekonomi hijau, ucap Presiden, masa depan produk-produk hijau sangat menjanjikan. Indonesia memiliki kesempatan yang besar dalam hal ini. Oleh sebab itu, Indonesia akan mulai membangun Green Industrial Park.
“Mungkin Oktober nanti kita akan bangun yang namanya, produk yang keluarannya adalah produk hijau, pemakaian energinya adalah energi hijau (Energi Baru Terbarukan),” tutur Presiden.
Presiden berharap, ke depan nanti Indonesia memiliki sebuah kekuatan besar. “Yaitu, produk hijau yang dihasilkan dari ekonomi hijau, yang akan mulai kita bangun tahun ini,” kata Presiden.
Membangun Kecepatan
Lebih jauh Presiden mengatakan, dalam hal reformasi struktural, Indonesia sudah memiliki Undang-Undang Cipta Kerja yang muaranya untuk membangun sebuah kecepatan. Pemerintah ingin memberikan kemudahan-kemudahan dalam perizinan dan sudah dibuka yang namanya Online Single Submission (OSS). “Bapak-Ibu bisa mencoba apakah betul-betul bisa cepat atau tidak izin-izin sekarang ini,” ujarnya.
Presiden menjelaskan, usaha mikro, usaha kecil, sekarang kalau ingin mencari NIB (Nomor Induk Berusaha) itu tidak usah sampai berlama-lama, berhari-hari, atau berminggu-minggu. Informasi itu juga bisa dilakukan dari rumah, dari kantor, membutuhkan waktu mungkin hanya lima sampai tujuh menit. Dengan demikian, usaha-usaha kecil, usaha-usaha mikro ini semuanya bisa menjadi sebuah usaha yang memiliki NIB dan itu akan memudahkan untuk mengakses ke perbankan.
“Juga ingin saya sampaikan mengenai program Mekaar yang kita miliki, yang kita mulai di tahun 2016. Ini adalah untuk usaha-usaha mikro yang pinjamannya hanya mungkin hanya Rp500 ribu, Rp1 juta sampai Rp3 juta.
Oleh sebab itu, yang awalnya di 2017 itu hanya 1,5 juta (nasabah), saat ini sudah mencapai sebanyak10,8 juta nasabah. Ini sebuah lompatan yang sangat cepat sekali, yang diharapkan akan memberikan dampak kenaikan tingkat pada usaha-usaha mikro di Tanah Air.
“Ini hampir 100 persen yang diberikan adalah ibu-ibu. Dan, ini sudah melebihi dari Grameen Bank, karena Grameen Bank itu kalau tidak keliru hanya kurang lebih 6 juta, ini kita sudah sampai ke 10,8 juta nasabah,” ungkapnya.
Dalam situasi seperti saat ini, pemerintah membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, utamanya para ekonom. Pemikiran, gagasan yang dapat diterapkan, yang berbasis riset, berbasis evidence, dan contoh-contoh praktis, resep-resep untuk mendorong pertumbuhan ekonomi nasional untuk bangkit kembali.
“Saya yakin dengan dukungan para ekonom yang siap memberikan ide dan gagasan-gagasan besarnya, ikut turun tangan menjadi bagian dari solusi, kita pasti mampu melewati masa-masa yang sulit ini. Sambil mempersiapkan diri sebaik-baiknya untuk berlari kencang setelah bisa keluar dari krisis ini,” ujarnya. (***)