Ilustrasi hoaks, hoax (Shutterstock)
Jakarta, goindonesia.co – Direktorat Tindak Pidana Siber (Dittipidsiber) Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri tengah mencari sosok penyebar yang pertama kali menyebarkan video viral hoaks mengenai kebocoran data Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Dirtipidsiber Bareskrim Brigjen Adi Vivid mengatakan, pihaknya bersama Komisi Pemilihan Umum (KPU) sedang melakukan profiling terhadap pelaku.
“Kita sudah berkoordinasi dengan KPU untuk nanti melakukan profilling terhadap siapa yang meng-upload pertama kali kebocoran data tersebut, ini sedang kami lakukan profiling tentunya,” ujar Vivid saat ditemui di Gedung Bareskrim, Jakarta Selatan, Senin (1/5/2023).
“Apabila nanti dalam masa profiling itu terdapat unsur pidana, tentunya akan kami tindaklanjuti,” sambungnya.
Vivid mengatakan, kepolisian sudah menerima informasi mengenai kebocoran data yang terjadi di KPU itu. Akan tetapi, kata dia, pihak KPU telah membantah terjadinya kebocoran data.
“Pihak KPU sendiri menyanggah informasi tersebut,” imbuh Vivid. Sebelumnya, Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI membantah video beredar yang menyebutkan bahwa “Data Pemilu 2024 Sudah Jadi, Rezim Bejad”.
Ketua KPU RI Hasyim Asy’ari menegaskan bahwa jika data yang dimaksud adalah data hasil pemilu, maka hal tersebut adalah hal yang tidak masuk akal dan mengada-ada.
“Pemungutan suara dan penghitungan suara Pemilu 2024 akan digelar pada Rabu 14 Februari 2024, sehingga belum ada hasil suara,” kata Hasyim kepada wartawan, Kamis (27/4/2023).
Ia menegaskan bahwa pemungutan suara Pemilu 2024 dilaksanakan dengan cara manual yaitu dengan cara dicoblos. Pun, penghitungan suara juga dilakukan secara manual lewat rekapitulasi berjenjang.
“Rekapitulasi hasil penghitungan secara berjenjang dari TPS, PPK, KPU Kabupaten/Kota, KPU Provinsi dan KPU Pusat dilakukan secara manual berbasis formulir hardcopy,” jelas Hasyim.
Ia juga menyinggung bahwa proses penghitungan suara dan rekapitulasi hasil penghitungan suara dilaksanakan secara terbuka. “Dapat diakses, diawasi dan dipantau, oleh Bawaslu, saksi peserta pemilu, pemantau, jurnalis dan pemilih,” kata Hasyim.
Dalam video berdurasi 2 menit 23 detik yang diunggah ke platform Snack Video itu, pengambil video merekam dugaan kebocoran data pemilih yang sempat diumbar hacker “Bjorka” dan sempat menjadi isu yang ramai pula.
Pengambil video tak sekalipun menyinggung bahwa data bocor yang dimaksud merupakan data hasil Pemilu 2024, melainkan hanya data pemilih.
Namun, pengunggah video membubuhkan keterangan “Data Pemilu 2024 Sudah Jadi, Rezim Bejad” disertai dengan emoji marah. (***)
*@nasional.kompas.com